Before 30

By September 27, 2017 ,




“Ketika umur lo 27, lo akan mengambil sebuah keputusan penting yang akan mengubah hidup lo.” – Yusuf kepada Ambar, Tiga Hari untuk Selamanya.

Usia 27 bagi beberapa orang adalah angka yang sakral. Masa transisi. Dari anak muda yang mencari jati diri menjadi manusia dewasa yang hakiki. Ketika menginjak usia itu, banyak hal yang telah terjadi dalam hidup. Mulai dari patah hati, penolakan oleh gebetan, penolakan oleh calon bakal gebetan, ditinggal kawin, meninggalnya orang tersayang, gagal masuk universitas negeri, gagal jadi PNS, kena SP dari kantor, ditipu orang, tidak hapal pembukaan UUD 45, sampai yang paling parah mungkin kadar gula darah mulai naik. Iya, segila itu. Saya sendiri kalau mengingat-ingat kehidupan saya selama 27 tahun ke belakang, merasa heran sendiri, “Gila juga ya gue udah lewatin itu semua”. Sambil sesekali menyeka keringat di jidat. Jidat Ariel Tatum.

Pada fase-fase ini, bisa dibilang saat-saat kritis dalam membuat suatu keputusan. Karena keputusan selanjutnya yang dibuat, bisa menentukan akhir dari cerita kehidupan. Jika pada usia 20-an merupakan masa-masa untuk memilih, maka setelah 30, adalah bagaimana kita menjalani keputusan yang telah kita buat. Akan ada beberapa hal yang biasanya terjadi, mungkin juga menjadi titik balik yang akan mengubah hidup kamu selamanya:
1. Teman-teman Mulai Menghilang Satu per Satu
Ketika masih berada di awal usia 20-an, sangat mudah untuk menjaga pertemanan. Datang ke rumah teman, menginap semalam sembari main PS sampai pagi adalah hal yang dulu saya sering lakukan. Saat pertama kali masuk kerja, bahkan ketika sedang sibuk-sibuknya di kantor, saya masih punya akhir pekan untuk sesekali keluar bersama mereka. Ketika menginjak 25, dan ketika satu per satu dari mereka menikah dan kemudian punya anak, mereka makin tenggelam dalam hidup dan fokus masing-masing. Ada beberapa yang karirnya melesat cepat layaknya rudal Korea Utara yang bisa mencapai ribuan kilometer jauhnya mencapai Guam. Ada beberapa yang tak sesukses itu --- meski dulu terkenal pintar di sekolah. Ada yang sudah punya anak dua, dan terlalu sibuk untuk mengiyakan semua ajakan untuk kumpul bareng lagi. Apalagi main futsal bareng. Belakangan, hal tersebut yang mendasari saya untuk memilih olahraga yang bisa dimainkan hanya dengan seorang diri seperti berlari, berenang, bersepeda, dan bercocok tanam.
Mendekati usia 30, arti pertemanan tidak lagi sesempit itu. Tidak semudah mengajak main kapan saja. Tidak. Teman sejatimu adalah mereka yang masih mau mendengar segala keluh kesah, tertawa bersama kekonyolan, dan bercerita mengenai banyak hal. Termasuk minjemin duit.
2. Kebebasan Finansial
Pada usia 27, biasanya kita telah sanggup untuk memenuhi beberapa kebutuhan mendasar; primer, sekunder, atau bahkan tersier. Masih ingat kan pelajaran ekonomi SMP? Kebutuhan akan kendaraan biasanya jadi kebutuhan yang menuntut pengeluaran paling banyak, sampai nyicil bertahun-tahun malah. Melihat kondisi transportasi di Jakarta, ya harap maklum. But, please. From now on... Stop it. Sekarang sudah saatnya untuk berpikir bagaimana bebas dari lilitan kredit serta hutang sebelum memasuki usia 30. Bukan gonta-ganti kendaraan paling terkini, yaa kecuali memang penghasilanmu cukup untuk melakukannya. Ini penting. Penting untuk merancang masa depan. Ketika tenaga tak akan lagi sama, target hidup yang mulai berubah, rambut yang mulai beruban [karena salah pakai shampoo]. Perencanaan mengenai things-to-do sudah harus benar-benar matang. Harus. Sebelum usia 30, sebisa mungkin kita sudah mempunyai beberapa aset serta saving agar kita tenang dan aman dalam menjalani hidup sesuai gaya hidup yang diinginkan. Say good bye to ngopi-ngopi segelas 50 ribu. 49 ribu masih oke lah.
3. Melakukan Apa yang Tidak Ingin Dilakukan
“Kalau selalu melakukan yang sudah bisa dilakukan, kapan kalian akan berkembang?” salah satu penggalan kalimat dalam seminar yang kala itu saya hadiri.
Iya, akan ada banyak hal yang terjadi di luar harapan. Jangan heran. Atau kalau kata anak kids jaman now, terpuqau. Apalagi di dunia kerja. Kadang apa yang kita inginkan tidak sesuai ekspektasi. Di antara jobdesk yang tak menyenangkan itu, pasti akan tetap ada kebaikan di dalamnya. Layaknya patah hati, tak menyenangkan. Tapi bukankah kita bisa mengambil pelajaran pada setiap kejadian? Karena dalam hidup sebenarnya tak ada yang sia-sia.
4. 30 Nanti
-
5. Your Life Starts from... NOW!
Yak! Semua dimulai dari detik ini. Lha wong planning yang dibuat dulu tentang target-target sebelum usia 30 aja masih banyak yang belum tercapai kok, sudah mau bikin planning lagi pas umur 30 ke atas. Apalagi masalah asmara nih ya. Saya telah beberapa kali jatuh cinta -- termasuk pada orang yang salah. Mulai sekarang saya tak akan ambil pusing sama hubungan yang memberatkan dan unfaedah. Yakinlah, di luar sana banyak calon pasangan yang lebih baik tengah menunggu. Karena hanya ada dua tipe orang di dunia ini:
“Mereka yang Tepat Dititipi Separuh Bagian Hati”
“Mereka yang Layak Ditinggal Pergi”
Bertambahnya umur berarti bertambah pula pengalaman dan kebijaksanaan dalam memandang kehidupan. Kita masih punya banyak waktu untuk mengangkat gelas sampanye, mengisi banyak-banyak, dan bersulang untuk kehidupan yang penuh kejutan ini.

Selamat berproses ke pintu 30 tahun! May God always be with us. Bismillah.

You Might Also Like

0 comments

Kindly give me your thoughts. Thank you.