Kecantikan Aset Terdepresiasi?

By November 14, 2017 , , ,

Suatu ketika saya terlibat perdebatan dengan salah seorang teman, “Gue sih realistis ya orangnya bukan materialistis, emangnya bisa makan cinta? Makan tuh cinta.”

Ngoahaha

Iya betul. Ungkapan seperti itu memang tidak salah. Yang salah adalah, sayangnya ia menjadikan ungkapan itu sebagai panduannya, tuntunan hidupnya. Harusnya kan Al-qur’an ya. Kenapa bisa berpikir sedangkal itu sih? Ada hal yang jauh lebih berharga dari itu.

Gini lho, cinta itu penting. Salah satu hal yang membedakan antara manusia dengan binatang, sekaligus anugerah terindah yang diberikan Tuhan, adalah perasaan cinta -- selain tentunya akal. Kalau tidak ada cinta, kamu semua tidak akan ada, kita semua tidak akan ada, tidak akan pernah dilahirkan, tidak akan ada yang namanya evolusi serta reproduksi. Kecuali kalau kamu memang mau disamakan seperti binatang yang berovulasi tidak dengan dasar cinta. Atau seperti amoeba yang tidak membutuhkan siapa-siapa selain dirinya sendiri untuk berkembang biak. Ya silakan. Saya sih ogah.

Ya memang, kita tidak bisa membeli mobil pakai cinta, gila aja. Itu semua orang juga tahu. Membeli sesuatu memang pakai uang. Tapi uang bukanlah segalanya, dan segalanya belum tentu pakai uang.

Mas, mobilnya satu ya. Saya bayar pakai cinta aja ya. Dicicil 5 tahun.” Dalam kasus itu, bisa-bisa kamu dikemplang sama marketing mobil.

Lalu mas-mas marketing mobil tersebut akan menjawab, “Cinta... Cinta... Lu pikir ni mobil dibikin pakek daon!? Kzl bat gwa.

Iya memang terlihat pekok sekali perumpaan di atas.

Gini-gini... *Benerin bangku*

Sekarang coba kamu cari tahu terlebih dulu perbedaan antara Materialistis, Realisitis, dan Idealis. Kalau kamu belum tahu perbedaannya, ada baiknya kita tidak melanjutkan perdebatan panjang ini dan pergi menjauh. Karena saya juga malas menjelaskan. Hehe

... ... 

Saya pernah juga mendengarkan ungkapan, yang saya lupa datangnya dari mana, bunyinya seperti ini,

“Sebenarnya sih bukannya ceweknya yang matre, cowoknya aja yang gak mampu.”

Hellaawww. Situ oke? Situ Ariel Tatum?

Orang yang menulis kalimat itu sepertinya memang tidak pernah tersentuh akan kerasnya kehidupan. Merasakan pilunya getir nasib. Belum pernah merasakan penolakan. Belum sampai di titik di mana ia harus menghargai orang lain barang sedikit saja. Tipe orang yang sejak dilahirkan memang segala kebutuhannya telah tercukupi bahkan sampe tumpeh-tumpeh. Minta ini ada, minta itu ada. Menuntut segala keinginannya tercapai, kalau tidak; mereka akan mengeluh, uring-uringan, dan protes ke sini dan ke situ.

Keep this in mind, kita itu berhubungan dengan makhluk hidup, harus ada yang namanya timbal balik. Take and give. Kalau kamu menuntut seperti itu, memang apa yang kamu bisa berikan? Masak Chicken Cordon Bleu bisa?

Saya pernah membaca sebuah artikel yang sangat menarik di majalah Reader’s Digest. Artikel tersebut dimuat dalam rubrik tanya jawab perihal keuangan, dan memang yang menjawab adalah salah satu profesional atau pakar keuangan dari Wall Street Financial. Saking menariknya, sampai sekarang saya masih ingat every details artikel yang saya baca sekitar 4 tahun yang lalu itu.

Dalam artikel tersebut, tertulis yang mengajukan pertanyaan adalah seorang gadis muda, cantik, modis, memiliki selera yang tinggi, tapi tinggal di luar kota New York dan ingin menikah dengan seorang pria dewasa yang bekerja dan tinggal di New York dengan income yang cukup tinggi sehingga ia dan pasangannya kelak dapat hidup dan tinggal di Kota Mewah tersebut. Lebih lanjut, wanita tersebut mengatakan kalau hal tersebut bukanlah sesuatu yang materialistis, namun realistis. Dia hanya menginginkan seorang yang minimal dari kalangan kelas menengah New York saja dengan penghasilan rata-rata $ 500 ribu per tahun. Dia juga ingin tahu bagaimana tips serta trik untuk mendapatkan kriteria pria semacam itu di NYC.

Lalu... Apa jawaban dari pakar keuangan tersebut?

Kurang lebih seperti ini jawabannya.


Dear Beautiful Young Lady,

Saya sangat senang sekali mendapat pertanyaan dari anda, dan saya sangat antusias sekali untuk menjawabnya. Jadi begini, saya ingin mengatakan kalau saya adalah seorang pria yang tinggal dan juga bekerja di New York. Saya memiliki penghasilan di atas rata-rata per kapita di Kota ini. Jadi, saya pikir saya sangat kredibel dan tidak membuang waktu. Atau saya mungkin termasuk ke dalam kriteria anda.

Apa yang saya lihat di sini dari sudut pandang seorang investor profesional adalah adanya ketidakstabilan antara anda dengan saya. Menikah dengan anda adalah keputusan yang buruk. Jawabannya sangat sederhana dan akan saya jelaskan.

Kesampingkan dulu detil-detil yang anda tanyakan. Sebenarnya apa yang ingin anda lakukan adalah pertukaran antara kecantikan dengan uang.

Si A akan menyediakan kecantikan dan si B akan membayar untuk itu. Terlihat adil dan cukup wajar. Tapi ada permasalahan fatal di sini. Kecantikan anda akan sirna, tapi uang saya tidak akan hilang tanpa alasan yang jelas. Faktanya adalah penghasilan saya akan meningkat dari tahun ke tahun. Tapi anda? Anda tidak akan bertambah cantik tiap tahunnya. Karena itu dari sudut pandang ekonomi; saya adalah aset yang terapresiasi sedangkan anda adalah aset yang terdepresiasi.

Depresiasi yang anda alami bukan depresiasi normal, tapi depresiasi eksponensial. Jika hanya ini aset anda, nilai anda akan sangat mencemaskan 10 tahun kemudian. Dengan menggunakan istilah yang kami gunakan di Wall Street, setiap perdagangan memiliki sebuah posisi. Menikah dengan anda juga memiliki posisi perdagangan. Jika nilai aset yang didagangkan menurun, maka kami akan menjualnya. Mempertahankannya bukanlah suatu ide yang baik. Begitu pula pernikahan yang anda inginkan. Mungkin saya terdengar kejam, tapi kami harus mengambil sebuah keputusan yang bijak, aset yang nilainya menurun akan dijual atau disewa. Pria dengan penghasilan besar di New York sudah barang tentu bukanlah orang bodoh. Kami mungkin akan berpacaran dengan anda, tapi tidak untuk menikah.

Saran saya lupakan mencari petunjuk bagaimana caranya menikahi pria kaya. Usahakan agar anda dapat membuat diri anda kaya terlebih dahulu ketimbang mencari pria kaya yang bodoh.


Semoga jawaban saya dapat membantu.





Best regards,




JP Morgan

Jordan Belfort [Leonardo Di Caprio] -- The Wolf of Wall Street [2013]

And that, boys and girls, is why love still matters. Always.

You Might Also Like

0 comments

Kindly give me your thoughts. Thank you.