Terkadang Pikiran yang Rumit ini Terlalu Sulit Melihat Hal dari Sudut Pandang yang Mudah

By December 23, 2012 ,

Lagi-lagi postingan blog gue terinspirasi dari apa yang terjadi di Twitter. It’s like another dimension which has its own storyline. Anyway, siapa yang belum punya twitter? Tahun 2012 udah mau selesai broh, masih belom punya? Gue aja punya dua.

Oke jadi begini. Suatu hari gue nonton stand up comedy di youtube, Ernest yang you-know-lah-tampangnya-kayak-gimana pada saat itu tampil, berkata “Gue heran sama orang yang suka ngetwit do’a di twitter. Emang tuhan punya twitter? Gak mungkin juga kaaan diritwit?” gue mesem.

Iya, mungkin sebagian orang berpendapat ucapan tersebut adalah kafir. Tapi, according to my sotoy opinion, emang bener juga sih. Ya mendingan lo berdo’a langsung menghadap Tuhan YME sambil menengadahkan tangan ke atas layaknya cara berdo’a yang selama ini kita kenal. Apa semua orang perlu mengetahui isi do’a kita? Enggak kan? Orang-orang gak perlu tau kan kalo lo abis puasa senen-kamis?

Tanpa bermaksud menyinggung pihak-pihak yang lagi gue nyinyirin saat ini, dan dengan disertai rasa hormat, maka izinkanlah saya melanjutkan tulisan ini.

Meskipun lulusan madrasah, gue gak akan membahas dari sisi agama, karena gue cukup sadar betapa dangkalnya pengetahuan agama gue, terlebih soal menikah.

IYA! MENIKAH!

Gue sering melihat beberapa orang teman yang suka meritwit akun tentang nikah atau akun siapapun itu yang mengandung ucapan-ucapan motivasi untuk segera menikah. Isinya semacam: jangan takut menikah muda lah, jangan takut kalo belom punya modal lah, jangan takut kalo belom punya pekerjaan tetap lah, jangan takut kalo pasangan kamu sesama jenis  lah,  blah blah blah lah. Dan dengan semangat penuh perjuangan tanpa kenal lelah, mereka menyuarakan hal tersebut secara konstan setiap harinya. Menjadi seperti orang yang maniak menikah. Berlebihan memang.  Gue jadi agak serem. Yah, meskipun tujuannya baik. Supaya pada kagak zinah kan? Iya gue tau.

Gue sih takut menikah kalo belum ada pasangannya. Udah itu aja.

Sama aja kayak gue yang hobi nonton bola, otomatis apa yang gue omongin, gue tulis, dan gue twit pasti gak jauh dari bola. Karena itu datangnya benar-benar dari lubuk hati yang terdalam. Berdasarkan analogi itu, apa iya orang yang sering berbicara tentang menikah juga hobi menikah? Kayaknya sih enggak. Karena konteksnya berbeda. Tapi, ah sudahlah…

Lalu, kembali gue berfikir, sebenarnya untuk apa sih kita dilahirkan di muka bumi ini? Satu pertanyaan yang setiap orang pasti punya jawaban klisenya masing-masing.
Apa kamu lahir hanya untuk menikah? Kenapa kamu bersemangat sekali membahas hal itu? Lalu jika nanti kamu telah menikah, apa yang akan kamu lakukan? Menikah lagi?

Ah, masih ada banyak hal lain yang juga layak untuk dibahas.

… ...

Sekali waktu gue bertanya di depan mahasiswa, “Kalau boleh berandai-andai dan memilih, kalian lebih memilih menjadi pengusaha tempe atau guru bahasa inggris?” dan layaknya sinetron-sinetron, gue udah tau mereka akan memilih apa. Iya pengusaha tempe, alasannya karena lebih banyak duit. It was just that simple, dude! Nuts!

But, think this. Untuk apa kalian sekolah tinggi-tinggi dan hanya memilih untuk menjadi juragan tempe? Lalu ilmu kalian untuk apa? Apakah itu alasan kalian diciptakan di muka bumi? Hanya untuk mengumpulkan lembaran uang? Memang juragan tempe bukan berarti tidak bermanfaat bagi orang banyak juga ya. Ah, terkadang pikiran yang rumit ini terlalu sulit melihat hal dari sudut pandang yang mudah. Ah, I wish I didn’t write this too.


You Might Also Like

0 comments

Kindly give me your thoughts. Thank you.