Nendang Lapangan Futsal

By January 19, 2010 ,

Kaki gue lagi kelojotan.


Pada hari itu, hari yang biasa aja dan normal seperti biasanya, gak ada tanda2 akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Sampai menjelang sore hari, Seperti biasanya kalo lagi gak ngapa2in, gue habiskan waktu dengan bermain s’pak bola. saat itu suasana sangat hiruk pikuk, karena berbarengan dengan jam pulang kerja. Meskipun gak ada hubungannya antara maen bola sama orang2 yang lagi seliweran. Tapi itu sangat menganggu konsentrasi dalam bermain, sehingga membuat kita gak fokus ke pertandingan. Ini lah hal yang sangat membahayakan, hilangnya konsentrasi dan seharusnya dihindari. Sangat berbahaya!

Sebenarnya, pertandingan saat itu berlangsung dengan sangat sengit, jual-beli serangan terjadi tanpa terelakkan. Namun, belum ada satupun gol yang tercipta.
Sesaat agak lama setelah pertandingan berlangsung, malapetaka itu terjadi.
Gue yang saat itu tengah beroperasi di pinggir lapangan sebagai winger, menanti passing dari orang yang bermain dilapangan tenggah.

“Aha, ada yang ngumpan ke gue.”

Seinget gue yang waktu itu ngumpan adalah Mame’ (panggilan kesayangan dari kata Slamet). Ini kesempatan gue memegang bola, gak boleh disia-siakan, gue akan membuat gol indah dengan langsung menembak dari jarak jauh. Gue sudah bosen dengan keadaan tanpa gol ini.
Ya, gue harus memecah kebuntuan supaya pertandingan berjalan lebih menarik lagi. Kebetulan saat itu bola berada dikaki terkuat gue, yaitu kaki kanan.

Gue menarik napas dalam2, melihat ke arah gawang lawan, disana kiper sedang asik merokok sambil ngupil2 enjoy.
Gak terima tim gue dilecehin seperti itu, gue sebagai kapten tim yang bertanggung jawab harus bisa merubah keadaan menjadi lebih kondusif.

Gilee..tim gue diupilin gini.
Kuraaangg ajaaaarrrr.....
Eat this!
kiper CAbuLLLLLLLL....

HyaaatTTTTTTt...

BtraakkKKKkkKKKKxxxxxxxxxx......

Dengan sukses dan penuh suka cita gue nendang lapangan...

Annnjjjriiitttttt.....
*********
aaaarrgghhh....
paraaHHHHHH....
jempolll gueeeeee….arrrkkhhhhhhhhhh

saat itu gue kira jempol gue patah. gak bisa napak, senut2, panas, gak bisa dibayangin pokoknya.
Yang lebih tragis lagi temen2 gue gak ada satupun yang nolongin, ato paling enggak nanya lah; Lo kenapa?gak papa kan jempolnya?gak perlu dibawa ke THT kan?
Ini enggak, mereka semua melanjutkan permainan tanpa kapten tim yang bertanggung jawab seperti gue, dan menganggap tak terjadi apa2.

Terkutuk!

Dari pada disana gue gak terurus dan semakin menderita, gue akhirnya memutuskan untuk keluar lapangan, kemudian pulang untuk memberikan pertolongan pertama kepada jempol ini.

Sesampainya dirumah...
Jempol kesayangan gue bengkak mempesona, membiru sangat sukses seperti orang cantengan. Gak terima akan kebengkakan tersebut, akhirnya gue mengoleskan balsem sebanyak2nya ke jempol itu. Pada saat itu gue berfikir bahwa dengan ngolesin balsem yang sangat banyak, maka akan cepet pulih juga cidera ini, dengan harapan bisa maen bola lagi secepatnya.

Gue ambil balsem yang disitu tertulis “EXTRA PANAS CUUY, ATI2”.

Ternyata hipotesis “ngolesin balsem yang sangat banyak, maka akan cepet pulih juga cidera ini” salah. Beberapa menit setelah insiden pengolesan balsem itu, kaki ini terasa seperti dibakar, bayangin dibakar!
Seketika itu gue langsung lari terpontang-panting ke kamar mandi dan ngerendem kaki ini ke aer dingin, tapi gak ngefek. Udah direndem pun kaki masih terasa panas.
Gue baru sadar, kalo balsem itu mengandung molekul2 yang menempel sangat kuat dikulit korban, jadi harus ada penanganan ekstra untuk bisa mengangkat molekul tersebut.
Setelah berfikir sejenak, tercetuslah ide untuk mencucinya pake sabun mandi. Daki aja ilang, siapa tau molekul panas ini juga bisa ilang. Langsung saja tanpa ragu2 gue cuci sambil menggebu-gebu. Setelah gue tunggu sejenak sambil bernyanyi riang, eeh gak ngaruh ternyata. Masih terasa panas juga.


Setelah berfikir sejenak lagi, kalo ternyata sabun mandi itu gak mempan, untuk ketiga kalinya gue berusaha ngilangin molekul2 balsem yang menempel di kaki tersebut. Karna kalo tidak segera dihilangkan mungkin aku akan menjerit kesetanan.

Kali ini gue ambil sabun colek+sikat, gunanya sikat adalah dengan maksud untuk mengangkat molekul2 balsem dengan cara menggosok2kannya secara ekstrim. Oia, ide menyikat kaki menggunakan sabun colek bisa terbersit karna sebelumnya waktu gue nyuci sepatu pun kotoran2 bisa hilang dan terangkat dengan mudah. Tinggal disikat gitu aja, bisa hilang. Ajaib.

”Aaahh kotoran aja bisa ilang masa iya balsem enggakkk... gak mungkiinnn!!!”

Setelah melakukan beberapa sikatan dikaki. Gue menyadari akan satu hal.
Bahwa, ternyata ide ini adalah ide yang gak berpendidikan, setjara kaki lagi bengkak disikat, kesenggol dikit aja sudah senat-senut.
Entah mengapa panasnya balsem itu bisa membuat saraf2 neuron yang terhubung ke otak bisa terputus sehingga membuat kita menjadi bego seketika.

Masih belum menyerah, gue teringat akan iklan tentang sabun cuci piring yang bisa mengangkat minyak dari piring dengan sekali oles dan busanya melimpah sehingga bisa dipake berhari-hari.

” Aha! Itu dia.
Kalo minyak aja bisa terangkat dengan sekali oles, mengapa balsem tidak? ide cerdasss!”

Ku pergi ke dapur, ku ambil, kemudian kutuangkan sebanyak2nya (cahaya matahari) ketelapak tangan, dan tanpa berfikir macam2 langsung saja kuoles dan ku cuci dengan seksama kaki ini. Kurasakan getaran2 keberhasilan dan kedigdayaan pada saat itu. Sepertinya penderitaan ini akan segera berakhir.
cLiiingggg……
Lama kelamaan sensasi panasnya pun berkurang. Senyumku mulai mengembang menyambut keberhasilan itu, seakan2 tidak percaya dengan apa yang baru saja dialami. Sungguh sangat mengharukan. Perjuanganku yang tak kenal lelah akhirnya berbuah manis.
Dan ternyata iklan itupun tidak berbohong. Molekul2 laknat balsem itu pun bisa lenyap seketika!
Kaki tersebut pun sudah tidak panas lagi, sekarang saraf2 neuronku pun terhubung lagi, dan aku menjadi pintar kembali.
Ngik ngik ngik...........

You Might Also Like

0 comments

Kindly give me your thoughts. Thank you.