Today in History: Il Biscione Bite Blaugrana

By April 28, 2015


28 April 2010…

Masih ingat betul bagaimana jantung saya berdegup kencang ketika menyaksikan laga semi final liga champions antara Barcelona - Inter milan. Inter yang pada saat itu dilatih oleh Jose Maurinho menampilkan taktik favoritnya dengan sempurna, untuk mengantarkan Inter Milan melaju ke final Liga Champions 2009/2010. Loh kok bukan pas juaranya yang ditulis? Iya, entah mengapa, laga semifinal ini justru menjadi laga yang paling menegangkan yang pernah saya tonton.

Selama kurang lebih 15 tahun saya menasbihkan diri menjadi seorang Interisti, merasa saat itu adalah salah satu musim terbaik yang pernah dilalui FC Internazionale.

Bagaimana tidak, tim yang kala itu dilatih oleh salah satu juru taktik terbaik sepanjang sejarah, Jose Mourinho, secara mengejutkan sukses merengkuh gelar treble winners. Torehan itu jadi catatan terbaik yang pernah dibuat sepanjang sejarah emas klub, juga sepakbola Italia hingga saat ini. Tim peraih scudetto terbanyak di Italia saja belum pernah.

Ada banyak momen yang menghiasi kisah perjalanan sukses Inter di musim tersebut. Mulai dari kedatangan Wesley Sneijder di detik terakhir transfer musim panas, penampilan heroik Thiago Motta dalam derby Della Madonnina, gol juggling Maicon pada derby d’Italia, momen emosional Mourinho yang meruntuhkan Stamford Bridge, saat di mana saya menyatakan cinta, hingga memuncak pada raihan scudetto, Coppa Italia, jadian, dan Liga Champions.

Dari segala momen mengesankan itu, terselip satu pertandingan yang amat menguras emosi dan bisa saja melenyapkan sejarah emas yang akhirnya dibuat I Nerazzurri. Laga itu berlangsung pada 28 April 2010, manakala Inter diharuskan melakoni duel leg kedua babak semi-final Liga Champions, di Camp Nou, markas sang juara bertahan, Barcelona. 

Mendengar namanya saja bulu kuduk bisa merinding, karena memang Barca saat itu sungguh lah menakutkan.

Inter memiliki modal yang bagus untuk melenggang ke final, setelah di pertemuan pertama yang digelar di Giuseppe Meazza, sukses menang dengan skor meyakinkan 3-1. Namun torehan itu masih belum cukup untuk menghapus keraguan publik akan potensi mereka lolos ke partai puncak.

Banyak media berkata saat itu Barca hanya sial. Selain itu mereka harus menempuh perjalanan sejauh 1000 kilometer dari Catalunya ke Milano, menggunakan bus. Keputusan itu diambil lantaran nyaris seluruh bandara di Eropa tutup, karena erupsi gunung di Islandia yang juga jadi salah satu lokasi film The Secret Life of Walter MittyEyjafjallajökull (baca: Eyjfjklzylkzl). Waktu yang dihabiskan dalam perjalanan tersebut mencapai 14 jam. Para punggawa Blaugrana disebut amat kelelahan hingga tak bisa fokus dalam pertandingan, karena bermain 16 jam setelahnya.



Misi balas dendam pun diusung Barca pada leg kedua, dengan memanfaatkan situasi yang sudah normal dan dukungan publik Catalan. Kemenangan minimal 2-0 optimistis mereka gapai untuk bisa lolos ke final dan jadi tim pertama yang sanggup mempertahankan gelar juara Liga Champions, sekalipun sang kapten, Carles Puyol, harus absen.

Sementara Inter juga memiliki kepercayaan diri yang baik untuk mentas. Mereka cukup menahan sang tuan rumah untuk tak menang dua gol atau lebih. Komposisi skuatnya juga lengkap, dengan sedikit kejutan memasang Christian Chivu sebagai gelandang tengah alih-alih Sulley Ali Muntari, dalam skema 4-3-1-2.



Leg kedua semi-final Liga Champions 2009/10
Barcelona 1-0 FC Internazionale (Agregat 2-3)
28 April 2010, Camp Nou.
Wasit: Frank de Bleeckere (Belanda)
Gol: 1-0 Pique 84'

Barcelona: Valdes; Alves, Toure, Pique, Milito (maxwell 46'); Busquets (Jeffren 63'), Xavi, Keita; Messi, Pedro, Ibrahimovic (Krikic 64')

Manajer: Pep Guardiola

FC Internazionale: Cesar; Maicon, Lucio, Samuel, Zanetti; Chivu, Cambiasso, Motta; Sneijder (Muntari 66'); Eto'o (Mariga 86), Milito (Cordoba 81')
Manajer: Jose Mourinho
 


Seperti sudah ditebak, selepas sepakan mulai dilakukan, Barca yang butuh gol cepat langsung membombardir jala Inter. Sepasang tembakan dilancarkan Pedro Rodriguez di menit ketiga dan 22, tipis saja di sisi kiri gawang lawan.

Pada menit ke-27, Inter yang masih kompetitif untuk lolos menerima petaka. Wasit pemimpin laga, Frank de Bleeckere, memberi Thiago Motta kartu kuning kedua akibat sentuhan tangannya terhadap Sergio Busquets, yang dinilai sebagai sikutan.


Keputusan itu cukup kontroversial, karena Busquets terlihat bereaksi amat berlebihan terhadap sentuhan tangan Motta. Gelandang Barca itu bahkan tertangkap kamera hanya berpura-pura kesakitan, sembari mengintip reaksi wasit dalam celah jari tangan yang menutupi wajahnya. Yaiks!

Bermain dengan sepuluh orang, sontak saja Mourinho langsung menerapkan taktik andalannya. Bertahan. Total.

Bray, gile kita cuman 10 orang nih. Gimana kalo kita tarok Lion Air aje di depan gawang?
Sembilan pemain Inter diperintahkannya untuk terus berada di belakang garis tengah lapangan, dengan tujuh di antaranya wajib ngetem di dalam kotak penalti sendiri sepanjang jalannya laga. Taktik itu benar-benar sukses mematikan pergerakan sang pemain terbaik dunia kala itu, Lionel Messi, dalam dua babak. He was getting even messier.

Pesawatnye tarok di mane nih, bos? Belah situ aje ye.
Tak hanya Messi, karena sang mantan punggawa La Beneamata, Zlatan Ibrahimovic, kemudian Pedro, Bojan Krkic, hingga Gerard Pique yang mendadak jadi striker, dibuatnya mati kutu. Segala aliran serangan Barca ditutup, hingga di sepanjang laga hanya sanggup melepaskan delapan tembakan, dengan setengahnya tepat sasaran.

Inter juga terbantu dengan performa gemilang sang kiper utama yang sedang berada di puncak karier, Julio Cesar. Sosok asal Brasil ini setidaknya membuat tiga penyelamatan krusial di sepanjang laga, yang dua di antaranya dimiliki Messi.

Pada akhirnya pertahanan grendel Inter runtuh juga, lewat gol ciamik Pique di menit ke-84 yang sebenarnya masih debatable antara offside atau onside. Namun torehan itu sudah terlambat, karena sang wakil kebanggaan Italia kembali dalam permainan bertahannya hingga laga selesai beberapa saat kemudian. Il Biscione pun melenggang ke partai final dengan keunggulan agregat 3-2.


Keberhasilan itu membuat Mourinho, secara spontan meluapkan emosinya dengan berlari ke tengah lapangan sembari mengangkat jari telunjuk ke atas langit. Kiper Barca, Victor Valdes, yang lagi dapet, sempat tersulut emosi oleh tindakan tersebut, namun tak sampai berbuntut panjang. 






Dalam konferensi pers, Mou berkelakar "Jika Anda sudah memulai pertandingan dengan keunggulan 3-1, lalu Anda bermain dengan 10 pemain di awal laga, maka Anda perlu memarkir pesawat terbang di depan gawang. Heuheueu."

Pada akhirnya Inter berhasil keluar sebagai kampiun Liga Champions 2009/10, setelah menundukkan Bayern Munich 2-0 di final, lewat sepasang gol emas Diego Milito.


Disadur dengan sedikit tambahan dari sini

You Might Also Like

0 comments

Kindly give me your thoughts. Thank you.