KATAKAN TIDAK UNTUK KORUPSI! *Brrrrrhhh*

By July 25, 2011

Baru belakangan ini saya mencermati Negara ini. Catat, baru belakangan ini, saya mulai agak peduli dan prihatin dengan apa yang sedang terjadi. Tragis juga melihat ternyata membekuk seorang koruptor yang sedang ‘beer-tamasya’ ternyata lebih susah ketimbang memburu teroris yang berada di pelosok hutan. Jika di film-film Hollywood saja seorang buronan akan kabur menjauh ke tempat yang sepi yang mungkin di peta pun tidak ada. Tapi ini?

Saya tidak punya kapasitas dan kapabilitas mengenai hal-hal yang berbau politik. Mungkin jika saya tulis disini apa pendapat saya tentang apa yang sedang terjadi di Indonesia belakangan ini kemudian ada orang yang bertanya balik kepada saya, saya bisa jamin saya tidak bisa menjawabnya!
Suatu ketika ayah saya berceloteh mengenai apa yang dilihatnya di METRO TV. Sebuah pemberitaan mengenai kasus korupsi (Lagi). Beliau berceloteh: “Dari dulu track record Negara ini adalah tidak bisa menangkap koruptor yang kabur ke luar negeri! Apakah sudah tidak ada topik menarik lainnya untuk di bahas? Apakah Negara yang kata pemimpinnya dulu ketika kampanye bilang KATAKAN TIDAK UNTUK KORUPSI! ini tidak mempunyai pemberitaan yang menarik untuk disimak? Paling tidak jika kita melihat berita, kita berdecak kagum dan berujar: Wah, Indonesia ternyata pendapatan per-kapita-nya sudah mencapai 5 juta lho per bulan!”
Saya yang pada saat itu kebetulan tidak sengaja menonton, pun turut berceloteh: “Apakah saya normal? Apakah saya normal?” sambil menghisap ganja.
Fakta bahwa faktor geografis dan pluralisme Indonesia yang beragam seolah hanyalah hamparan anarki rumput jalanan dan ortodoks ajaran agama militan. Segala hal mengenai kehidupan dan isu sosial yang menurut saya aneh dapat terjadi di Negara ini. Segala peraturan yang telah mereka buat dapat mereka langgar dengan manuver-manuver superficial.
Kalau kita cermati segala manipulasi rekayasa wajah dan kata yang telah mereka buat. Maka kita akan sadar kalau itu semua hanyalah metafora semata yang nyaman dengan buaian ornamen-ornamen omong kosong. Apa artinya suara jika tidak ada keadilan?
Negara ini mungkin telah di kutuk sedemikian rupa dengan mulai ditinggalkannya pemuka-pemuka agama dan pelaku industri jenius dan hanya menyisakan tikus-tikus got biadab yang terus-menerus menggerogoti negeri agraris ini. Negara yang bahkan penegak hukumnya pun bisa di tawar mulai dari di atas trotoar sampai ke pengadilan tinggi sekalipun.
Jangankan dengan uang milyaran rupiah. 20 ribu rupiah pun bisa menjadi harga yang dapat ditukar dengan keadilan (pengalaman). Dan bisa di beli di pinggir jalan sekalipun. DAN INI BUKAN “MELAYANI DAN MELINDUNGI”.
Bukan masalah uang, ini bukan masalah uang. Ini masalah legalisasi peraturan yang telah engkau buat. Peraturan yang telah engkau larang dan engkau pula yang melegalisasikannya. Jika demikian, maka legalisasikanlah marijuana agar tidak terjadi salah persepsi mengenai efek negative tumbuhan itu. Buat lah mata mereka terbelalak. Legalisasikanlah tempat-tempat prostitusi dan jadikan sebagai cadangan devisa untuk di korupsi. Toh, dosanya sama saja!
Jika ini semua masalah Human Resources, maka didiklah anak bangsa ini dengan ilmu-ilmu yang mengajarkan tentang kemuliaan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Jika ini masalah pluralisme, maka ajarkanlah tentang keindahan tenggang rasa. Jika ini masalah kebutuhan hidup, maka ajarkan-lah mengenai bagaimana cara menggapainya dengan halal. Jika ini masalah abrasi moral, maka ajarkanlah mengenai keteguhan dalam hidup. Dan jika ini semua masalah KEPEMIMPINAN, maka sudah saatnya-lah yang berkuasa masuk pintu belakang!

You Might Also Like

0 comments

Kindly give me your thoughts. Thank you.