Sedekah. Menikah. Pasrah.

By July 10, 2021 ,

Bertahun-tahun silam, seorang kawan pernah berujar “kalau mau nikah mah ada aja rezekinya. Tiba-tiba aja gitu. Cobain deh, id.”

Gini ya... Saya bukannya tidak ingin membuktikan. Apa yang perlu dibuktikan? Maksudnya, bagaimana cara saya membuktikannya kalau pasangan saja belum punya?

Saya hanya menganggukkan kepala seraya berucap dalam hati “oke, i’ll prove it. Some other time. Pada waktu yang tepat.”

A few years later...

It was at the end of December 2020.

Saya memberanikan diri untuk melamar anak orang ke pulau seberang. Sendiri. Iya. Saya melamar anak orang sendirian!!! Ceritanya panjang sekali. Ini bermula dari pandemi covid-19 yang belum usai saat itu [sampai tulisan ini dibuat juga belum usai sih]. Saya dan keluarga inti sebenarnya sudah mempersiapkan tiket pesawat pulang-pergi serta hotel untuk menginap selama beberapa hari di sana. Namun, 2 hari sebelum keberangkatan, ada berita yang menohok tenggorokan saya ketika saat itu syarat melakukan perjalanan ke kawasan tersebut mewajibkan penumpang untuk melakukan tes SWAB PCR, bukan Antigen. Saya yang juga sudah membeli voucher tes antigen melalui Traveloka harus merelakan voucher tersebut hangus. Lalu melakukan refund untuk tiket pesawat karena dalam waktu 2 hari, nampaknya sulit untuk memboyong keluarga inti untuk melakukan tes SWAB PCR yang saat itu harganya masih relatif tinggi. Jika ingin cepat, maka harus membayar lebih. Sebuah dilema yang sangat kampret. Saya pasrah dan ikhlas kalaupun harus ditunda. Namun, Setelah berdiskusi dengan keluarga dan beberapa pertimbangan, akhirnya Bapak saya mengeluarkan titah “Udah jalan sendiri aja. Gpp.” Saya pun manut.

Saya terbang ke Kalimantan seorang diri berbekal surat sakti yang mahal itu. Ah, betapa saya rindu masa-masa di mana mau terbang kemana pun tinggal beli tiket tanpa perlu selembar kertas sebagai syarat perjalanan.

Deg-degan sekaligus excited. Ini bukan penerbangan pertama saya ke Kalimantan, tapi ini penerbangan pertama saya melamar anak orang. Never been in mind this kind of thing would happen to me. Life is sooo full of surprises!

Singkat cerita saya berhasil menuntaskan misi yang pertama. Mission accomplished, Capt. 

Misi selanjutnya adalah... ngumpulin duit! :’)

Selama beberapa bulan di tahun 2021 ini saya jarang muncul di sosial media karena ingin fokus melakukan ini dan itu. Mengejar beberapa target. Instagram saya uninstall. Hanya Twitter saja lah sosial media yang masih sekali dua kali saya tengok.

Mempersiapkan banyak hal. Menimbang seabreg keputusan yang akan dibuat. Tidak mudah. Apalagi saya Libra. Keputusan kecil saja susah apalagi keputusan yang menentukan masa depan macam ini... Being a groom to be.

 *** *** ***      

Ada banyak hal yang menggelayuti pikiran saya dalam masa-masa persiapan pernikahan. Apalagi akan dilaksanakan di masa pandemi. Sebenarnya ada positif dan negatifnya; sisi positifnya karena tidak boleh mengundang banyak orang, which means.... yes we can save up in catering cost. Kemudian masalah venue atau tempat penyelenggaraan. Setelah berdebat dan mendengarkan banyak kepala mengenai lokasi pernikahan, kami pun memutuskan untuk acara kelak diselenggarakan di gedung ketimbang di rumah. FYI, di masa pandemi banyak gedung-gedung dan hotel yang menawarkan promo-promo paket pernikahan murah lho. 

Negatifnya? Masalah perijinan, lalu protokol kesehatan yang mengharuskan menggunakan masker. Menurut saya 2 hal tersebut adalah beberapa faktor yang agak kurang asyik untuk dijalani. Udah bayar MUA mahal-mahal nih, dandan cakep, tapi muka harus ditutup masker. Terlebih, pihak gedung pun mewanti-wanti untuk tidak hanya menggunakan face shield saja. Yang terakhir adalah masalah perijinan yang katanya njelimet di masa pandemi ini. Tapi Alhamdulillah perihal perijinan akan di-handle oleh orang gedung. Jadi tidak perlu repot-repot mengurus ke satgas covid atau ke berbagai pihak lainnya yang terkait [kalau ada].

Miracles happen to those who believe...

Yes, I do believe. Ketika kita berniat melakukan kebaikan, alam dan seisinya pun akan mendukung. Semesta pun mendukung. Insya Allah.

Kutipan kalimat di awal tulisan ini pun bisa menjadi salah satu contohnya. Jika Allah sudah ridho dengan ketentuannya, then things could go as it is. No matter what.

Kalau dipikir dengan logika, tidak akan masuk. Mempersiapkan pernikahan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Bertahun-tahun saya menabung agar bisa melangsungkan pernikahan tanpa membebani siapa-siapa, termasuk orang tua saya. Namun saya percaya sang kuasa mempunyai sesuatu yang tidak terduga. Berkali-kali saya sudah membuktikannya. Kalau kita sedekah dengan ikhlas, harta kita tidak akan berkurang, justru akan ditambah. Ihwal itulah yang membuat saya ingin menceritakannya kembali di blog ini.

Ini harus disampaikan. Sebagai pembelajaran. Tidak bermaksud riya. Hanya sekedar berbagi kepada sesama.

There were so many things going on over the past few months, mulai dari yang memang sudah direncanakan, sampai hal yang tidak diprediksi akan ada; misalnya dana insentif serdos yang cair 5 bulan yang memang sudah bisa diprediksi dari tahun lalu, mendadak ada banyak lemburan, dipercaya menjadi MC Wisuda kampus selama 2 hari, sampai yang terakhir adalah menang kuis yang diadakan oleh Tokopedia.

Iya, saat ini saya menjadi tulang punggung keluarga. Hanya saya seorang yang saat ini masih bekerja siang-malam dan membuka lapak kecil-kecilan di beberapa online shop. Kakak perempuan saya yang pertama sudah menikah dan memiliki 1 anak yang Insya Allah akan lahir yang kedua di tahun ini. Ia sudah memiliki tanggung jawab ganda sebagai seorang istri dan ibu. Memang sebagai anak pun tetap harus ada tanggung jawab ke orang tuanya, namun pastinya porsi sudah berbeda. Kedua orang tua saya tidak bekerja, adik saya masih sekolah online tingkat SMP. Tanggung jawab tersebut secara otomatis jatuh ke tangan saya. Kenapa tangan dan bukan pundak? Karena kalau di pundak biasanya adalah beban. Sementara tangan, merupakan simbol kekuatan, kekuasaan, serta pengaruh yang bisa berbuat apa saja sesuai kehendak yang diinginkan. Sebenarnya saya masih alergi dengan kata pengaruh mengingat pengalaman buruk beberapa waktu silam yang karenanya membuat keluarga saya sakit hati dan merasa direndahkan. Ah sudahlah. Semoga bisa menjadi pengurang dosa saya dan keluarga. Bruh, I forgive, but not forget.

Beberapa waktu lalu, Ibu saya membutuhkan uang sebesar 800 ribu rupiah untuk membetulkan atap plafon rumah yang jebol karena ulah kucing. Percaya dengan saya, uang 800 ribu itu besar kalau kamu memang sedang membutuhkannya untuk merencanakan berbagai hal. Apalagi pernikahan. Tapi ini Ibu kamu yang meminta, membetulkan rumah yang sudah puluhan tahun kamu tempati. Apa tega kalau tidak memberi?

Tanpa pikir panjang, sore harinya saya pergi ke ATM di minimarket terdekat untuk menarik beberapa lembar uang ratusan ribu sekaligus membeli kuaci dan martabak telor. Saya berpikir, kapan lagi saya berbakti kepada orang tua selagi mereka masih ada, memang saya sedang membutuhkannya tapi Insya Allah uang segitu masih bisa dicari. Masih ada lah diselipin di sana dan di situ. Ucap saya dalam hati.

Selang beberapa hari kemudian...

Saya dikagetkan oleh notifikasi HP dari marketplace favorit saya untuk belanja dan jualan. Anyways, ini e-commerce paling baik menurut saya sih. Beberapa kali saya menang kuis, dapat flash sale barang mahal [salah satunya laptop yang pernah saya tulis juga di sini], serta mendatangkan income tambahan dengan berjualan di sana. 😊

Notif tersebut memberitahu bahwa saya mendapatkan kredit TopAds sebesar 800 ribu rupiah. Saya kaget karena merasa sedang tidak mengikuti lomba apa-apa. "Ini dari mana ya? Mweheheh," Ucap saya dengan heran sambil cengengesan.

Sebagai informasi, saldo TopAds adalah saldo bagi para penjual untuk mengiklankan produknya yang tidak bisa ditarik ke rekening bank milik penjual. Jadi ya gunanya saldo tersebut adalah untuk membuat produk atau toko kita muncul di halaman-halaman strategis tokopedia serta membuat produk kita nongol di kolom pencarian.

Saya pun mencoba mengingat-ingat kembali dosa yang pernah saya lakukan apa yang telah saya perbuat. Nggak mungkin dong Tokopedia tiba-tiba ngasih duit gitu aja. Pasti ada sesuatu nich. Setelah melakukan kroscek di e-mail, aplikasi, browser history, saya tidak menemukan bukti apapun mengenai keikutsertaan saya dalam program atau lomba apapun dari Tokopedia. Saya pun membuka Twitter dan bertanya ke TokopediaCare perihal dana 800 ribu yang masuk dalam bentuk saldo TopAds tersebut. Selang beberapa waktu, TokopediaCare memberikan jawaban kalau saldo tersebut merupakan bagian dari promo program Tokopedia Display Network (Iklan Banner). Wow!


Terima kasih, Tokopedia. 💗

Saldo yang didapat memang tidak bisa dicairkan, namun bisa digunakan untuk mendongkrak produk kita yang akan secara otomatis muncul di kolom pencarian. Hal ini berarti toko kita akan kebanjiran pengunjung dan mungkin juga kebanjiran orderan. Kenapa mungkin? Karena hal utama dalam mengiklankan produk adalah membuat orang aware terlebih dulu kalau kita jualan barang tersebut, keunggulannya ini, kelebihannya itu, dsb. Masalah dibeli atau tidak, urusan belakangan, yang penting orang melihat terlebih dahulu saja. Coba kita jalan ke ITC lalu lewat counter-counter HP, apa yang mereka katakan?

"BOLEH KAKAKK... LIAT-LIAT DULU AJA KAKAAA...,"

SEE? LIAT-LIAT DULU AJA. MASALAH BELI ATAU TIDAK ITU URUSAN BELAKANGAN.

Logika manusia memang tidak akan pernah mencapai kehendak serta ketetapan sang khalik. Uang 800 ribu yang saya berikan ke orang tua saya, langsung dibalas tunai dengan cara yang tidak terduga-duga dan dengan tempo yang sesingkat-singkatnya. Malah berpotensi lebih jika barang yang saya jual dibeli orang.

Masya Allah...

Tabarakallah...


Menuju hari besar yang tinggal 2 bulan.

Segala macam ikhtiar telah dilakukan.

Doa telah dipanjatkan.

Saatnya mempasrahkan.

Dear God, I’ve done my parts. Now, it is all yours to do the rest.

Bismillah...   

You Might Also Like

0 comments

Kindly give me your thoughts. Thank you.