Ketika Tak Ada Paksaan
Ketika tak ada paksaan, semua akan terasa amat mudah. Hal ini berlaku dalam hal apa saja: Belajar, Pekerjaan, atau bahkan Romansa. Masih teringat sewaktu kecil dulu bagaimana orang tua saya memaksa saya untuk melakukan banyak hal yang menurut mereka baik; Sekolah, bangun pagi, mengaji, belajar, mengerjakan PR matematika, menyuruh makan sayur bayam, menyuruh tidur siang, mandi, melarang main ding-dong, dll.
Dipaksa itu sulit. Apalagi dipaksa untuk melakukan hal yang tidak kita sukai, atau dipaksa untuk tidak melakukan apa yang kita sukai.
Namun itu semua bukan tanpa sebab pastinya. Orang yang menyayangi kita pasti menginginkan yang terbaik bukan? Bisakah kita melihat hasilnya sekarang? Bisa!
Dipaksa itu sulit. Apalagi dipaksa untuk melakukan hal yang tidak kita sukai, atau dipaksa untuk tidak melakukan apa yang kita sukai.
Namun itu semua bukan tanpa sebab pastinya. Orang yang menyayangi kita pasti menginginkan yang terbaik bukan? Bisakah kita melihat hasilnya sekarang? Bisa!
Dirimu
yang sekarang adalah dirimu yang dahulu dipaksa untuk melakukan ini itu oleh
orang tuamu. Kalau dulu kamu selalu dipaksa untuk selalu bangun pagi, mungkin
kini kamu telah menjadi seorang karyawan teladan yang tidak pernah terlambat
masuk kantor. Sesimpel itu. Iya. Bagus kan hasilnya?
Jadi kalau saat ini kamu berada dalam situasi yang agak dipaksa [atau terpaksa?], percaya saja itu yang terbaik. Percaya saja kamu akan merasakan manisnya kelak.
Jadi kalau saat ini kamu berada dalam situasi yang agak dipaksa [atau terpaksa?], percaya saja itu yang terbaik. Percaya saja kamu akan merasakan manisnya kelak.
Menginjak
dewasa, saya semakin sadar akan berkurangnya paksaan-paksaan itu. Tidak ada
lagi ‘reminder’. Hanya alarm handphone serta tubuh dan sedikit memori di otak yang menjadi
pengingat akan semua kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan seorang manusia dewasa. Apa peran orang tua saya
telah hilang? Bisa jadi. Sampai tahap ini mungkin semua orang akan mengalami hal yang
sama. Yang kita butuhkan sekarang hanyalah secangkir kopi dan orang asing yang
menyayangi kita sebagai pengganti orang tua yang semakin lama semakin
berkurang kemampuan dan kekuatannya.
Melihat
ke dalam diri sendiri. Apa sih yang saya butuhkan
saat ini? Uang? Cinta? Atau paksaan-paksaan orang tua sewaktu kecil dulu agar saya selalu bisa menjadi orang yang stay
on the track?
Uang
My love, uang bisa dicari jika kita berusaha. Selalu ingat saja bahwa rejeki sudah ada yang mengatur. Cacing di dalam tanah pun punya rejekinya sendiri. Agak menyedihkan kalau
seorang manusia berputus asa dari rahmat-NYA. Bagi yang merasa sudah berkecukupan bahkan sampai berlebih, tidak perlu jumawa. Apalagi sampai memandang rendah seseorang karena harta dan kedudukannya. Saya sekadar mengingatkan bahwa kita semua dulunya sama-sama spermatozoa kok.
Cinta
Tahukah kamu sebuah riset mengatakan kalau hanya butuh 7 detik untuk tertarik kemudian jatuh cinta kepada seseorang? Iya, tidak lebih lama dari mengaduk secangkir kopi. Kita bisa menemukan cinta di
mana saja dan kapan saja. Pada waktu yang tak terduga. Semudah ketika bertemu orang di suatu tempat makan, berkenalan,
lalu jatuh cinta begitu saja. Bahkan kadang,
tak butuh alasan sama sekali.
0 comments
Kindly give me your thoughts. Thank you.