Terkadang Pikiran yang Rumit ini Terlalu Sulit Melihat Hal dari Sudut Pandang yang Mudah
Lagi-lagi postingan blog gue
terinspirasi dari apa yang terjadi di Twitter. It’s like another dimension
which has its own storyline. Anyway, siapa yang belum punya twitter? Tahun 2012
udah mau selesai broh, masih belom punya? Gue aja punya dua.
Oke jadi begini. Suatu hari gue
nonton stand up comedy di youtube, Ernest yang
you-know-lah-tampangnya-kayak-gimana pada saat itu tampil, berkata “Gue heran
sama orang yang suka ngetwit do’a di twitter. Emang tuhan punya twitter? Gak
mungkin juga kaaan diritwit?” gue mesem.
Iya, mungkin sebagian orang berpendapat
ucapan tersebut adalah kafir. Tapi, according to my sotoy opinion, emang bener
juga sih. Ya mendingan lo berdo’a langsung menghadap Tuhan YME sambil menengadahkan
tangan ke atas layaknya cara berdo’a yang selama ini kita kenal. Apa semua
orang perlu mengetahui isi do’a kita? Enggak kan? Orang-orang gak perlu tau kan
kalo lo abis puasa senen-kamis?
Tanpa bermaksud menyinggung
pihak-pihak yang lagi gue nyinyirin saat ini, dan dengan disertai rasa hormat,
maka izinkanlah saya melanjutkan tulisan ini.
Meskipun lulusan madrasah, gue
gak akan membahas dari sisi agama, karena gue cukup sadar betapa dangkalnya
pengetahuan agama gue, terlebih soal menikah.
IYA! MENIKAH!
Gue sering melihat beberapa orang
teman yang suka meritwit akun tentang nikah atau akun siapapun itu yang
mengandung ucapan-ucapan motivasi untuk segera menikah. Isinya semacam: jangan
takut menikah muda lah, jangan takut kalo belom punya modal lah, jangan takut
kalo belom punya pekerjaan tetap lah, jangan takut kalo pasangan kamu sesama
jenis lah, blah blah blah lah. Dan dengan semangat penuh
perjuangan tanpa kenal lelah, mereka menyuarakan hal tersebut secara konstan
setiap harinya. Menjadi seperti orang yang maniak menikah. Berlebihan memang. Gue jadi agak serem. Yah, meskipun tujuannya
baik. Supaya pada kagak zinah kan? Iya gue tau.
Gue sih takut menikah kalo belum
ada pasangannya. Udah itu aja.
Sama aja kayak gue yang hobi
nonton bola, otomatis apa yang gue omongin, gue tulis, dan gue twit pasti gak
jauh dari bola. Karena itu datangnya benar-benar dari lubuk hati yang terdalam.
Berdasarkan analogi itu, apa iya orang yang sering berbicara tentang menikah
juga hobi menikah? Kayaknya sih enggak. Karena konteksnya berbeda. Tapi, ah sudahlah…
Lalu, kembali gue berfikir,
sebenarnya untuk apa sih kita dilahirkan di muka bumi ini? Satu pertanyaan yang
setiap orang pasti punya jawaban klisenya masing-masing.
Apa kamu lahir hanya untuk
menikah? Kenapa kamu bersemangat sekali membahas hal itu? Lalu jika nanti kamu
telah menikah, apa yang akan kamu lakukan? Menikah lagi?
Ah, masih ada banyak hal lain yang
juga layak untuk dibahas.
… ...
Sekali waktu gue bertanya di
depan mahasiswa, “Kalau boleh berandai-andai dan memilih, kalian lebih memilih
menjadi pengusaha tempe atau guru bahasa inggris?” dan layaknya
sinetron-sinetron, gue udah tau mereka akan memilih apa. Iya pengusaha tempe,
alasannya karena lebih banyak duit. It was just that simple, dude! Nuts!
But, think this. Untuk apa kalian
sekolah tinggi-tinggi dan hanya memilih untuk menjadi juragan tempe? Lalu
ilmu kalian untuk apa? Apakah itu alasan kalian diciptakan di muka bumi? Hanya
untuk mengumpulkan lembaran uang? Memang juragan tempe bukan berarti tidak
bermanfaat bagi orang banyak juga ya. Ah, terkadang pikiran yang rumit ini
terlalu sulit melihat hal dari sudut pandang yang mudah. Ah, I wish I didn’t
write this too.
0 comments
Kindly give me your thoughts. Thank you.