Milan, 1990
By Sayyidskiy January 30, 2018 Tentang bola"Jangan Rindu. Berat. Kamu gak akan kuat. Biar aku saja," mungkin begitulah jawab Milan jika dia manusia dan punya mulut — kep...
Pada tahun 90-an, klub yang bermarkas di San Siro itu memang pantas
untuk dirindukan. Kala itu, Milan tengah menikmati masa-masa indah,
seperti kisah-kasih anak remaja yang duduk di bangku SMA.
Milan saat itu seperti
sosok Dilan yang bisa
memikat hati, termasuk memikat hati perempuan dengan cara yang unik dan elegan.
Dilan adalah karakter yang sedang hits baru-baru ini dari film berjudul
‘Dilan 1990’. Film yang diambil dari novel karya Pidi Baiq: ‘Dilan, Dia
adalah Dilanku Tahun 1990’ tersebut ditulis berdasarkan kisah
nyata dengan latar waktu tahun 1990 di Bandung.
Bersamaan dengan kisah Dilan di tahun 1990 itu, Milan juga punya kisah
manis tersendiri. Kala itu, Milan adalah kekuatan besar. Milan sangat disegani
di Italia hingga Eropa. Di pelataran Milan saat itu merupakan tempatnya
berkumpul para pemain yang saat ini menyandang predikat legendaris. Waktu itu,
Milan memiliki orang-orang fantastis seperti Franco Baresi yang merupakan
pentolan dalam klub berjuluk Rossoneri tersebut. Di sana juga terdapat Marco
van Basten, Ruud Gullit, Carlo Ancelotti, Demetrio Albertini, Frank Rijkaard dan
Paolo Maldini yang masih berusia 22 tahun.
Selama berada di bawah bimbingan Arrigo Sacchi, Milan mampu menjuarai dua gelar Liga Champions pada tahun 1989 dan 1990. Menjuarai kompetisi ini secara beruntun merupakan rekor tersendiri bagi Milan karena sebelumnya tidak ada klub yang mampu mencapai prestasi seperti ini. Adapun pada tahun 1990, Milan tercatat memenangkan tiga gelar secara bersamaan di antaranya gelar Liga Champions, Piala Intercontinental, dan Piala Super Eropa.
Selama berada di bawah bimbingan Arrigo Sacchi, Milan mampu menjuarai dua gelar Liga Champions pada tahun 1989 dan 1990. Menjuarai kompetisi ini secara beruntun merupakan rekor tersendiri bagi Milan karena sebelumnya tidak ada klub yang mampu mencapai prestasi seperti ini. Adapun pada tahun 1990, Milan tercatat memenangkan tiga gelar secara bersamaan di antaranya gelar Liga Champions, Piala Intercontinental, dan Piala Super Eropa.
Nah, ketika akhirnya Dilan mendapatkan cinta Milea Adnan Hussain di
Warung Bi Eem pada tahun 1990 itu, mungkin pada saat itu bertepatan ketika
Milan angkat trofi juara.
Melihat kegemilangan itu, Milan pun menjadi acuan bagi bagi klub-klub di
Eropa. Sejak kehadiran Sacchi, Milan memiliki filosofi bermain yang berbeda
daripada yang lain. Saat itu, Milan menggunakan formasi 4-4-2 dengan
sistem bermain zona marking, jarak antara
lini pertahanan dan gelandang tidak lebih dari 25 hingga 30 meter. Dengan
barisan pertahanan yang tinggi seperti itu — dan dengan menerapkan jebakan
offside yang efisien — cara itu terbukti mampu memberikan tekanan pada lawan. Real
Madrid mampu dihajar dengan agregat 6-1 di semi final Liga Champions 1989
sebelum mengalahkan Steaua Bucuresti di partai puncak. Pada tahun berikutnya,
Milan menjadi juara setelah mengalahkan Benfica 1-0 di babak final.
Gaya bermain Milan pada tahun 90-an itu sangat bertolak belakang dengan gaya bermain tim-tim di Italia pada umumnya, di mana mereka kebanyakan memberikan penekanan pada lini pertahanan. Namun Milan di bawah kendali Sacchi ini punya gaya sendiri.
Gaya bermain Milan pada tahun 90-an itu sangat bertolak belakang dengan gaya bermain tim-tim di Italia pada umumnya, di mana mereka kebanyakan memberikan penekanan pada lini pertahanan. Namun Milan di bawah kendali Sacchi ini punya gaya sendiri.
"Kebanyakan tim Italia fokus terhadap pertahanan. Setiap tim
bermain dengan libero dan man-marker. Di lini serang,
semua bergantung pada kemampuan individu dan kreativitas nomor 10," ucap
Sacchi seperti dikutip UEFA.com.
Sacchi mengubah wajah Milan. Ia memiliki sebuah konsep di mana setiap
pemain dalam timnya harus memiliki peran masing-masing yang ia sebut dengan
'kecerdasan kolektif'. Sacchi kemudian menerapkan cara berlatih yang unik. Ia
meminta para pemainnya bermain satu pertandingan penuh tanpa bola. Sekali lagi,
tanpa bola. Pasukannya disuruh berimajinasi seolah-olah ada bola di sekitar
mereka. Cara ini untuk melatih kecerdasan pemain dalam menempatkan diri di atas
lapangan dan bagaimana cara memberikan respon terhadap pergerakan tim.
"11 pemain yang aktif dalam setiap momen dalam pertandingan, baik dalam bertahan dan menyerang," kata Sacchi.
"11 pemain yang aktif dalam setiap momen dalam pertandingan, baik dalam bertahan dan menyerang," kata Sacchi.
Ia menekankan pentingnya bermain secara kolektif sebab dalam sebuah
permainan sepakbola, prestasi jangka panjang tak mungkin bisa dicapai dengan
aksi individu belaka.
"Anda tak bisa mencapai apapun dengan mengandalkan diri kalian sendiri, dan jika kamu bisa melakukan itu, tak akan bertahan lama,” ucap Sacchi.
"Anda tak bisa mencapai apapun dengan mengandalkan diri kalian sendiri, dan jika kamu bisa melakukan itu, tak akan bertahan lama,” ucap Sacchi.
Sepanjang tahun 90-an, Milan terbukti hampir tak pernah absen menyabet
gelar. Kestabilan tim seperti ini merupakan peninggalan Sacchi yang sukses
membangun pondasi tim yang kuat sejak ia melatih Milan pada tahun 1987. Wajar jika Milan menjadi klub pujaan banyak orang sejak saat itu. Mereka
dinilai telah menciptakan sejarah dalam dunia sepakbola.
Milan Saat Ini
Milan 2017/2018 |
Memasuki tahun 2000-an, Milan masih sempat jaya dengan menyabet beberapa
gelar di Serie A dan juga Liga Champions pada tahun 2007. Milan terakhir kali
menjadi juara di Serie A yaitu pada tahun 2011.
Milan terus mengalami kemunduran sejak saat itu. Kesulitan finansial
melanda. Silvio Berlusconi yang membeli klub
ini pada tahun 1986 harus melepas seluruh kepemilikannya pada konsorsium asal
Tiongkok tahun lalu.
Di era baru ini, Milan belum juga mampu menunjukkan keganasan taringnya
yang tajam seperti di masa silam. Pada musim panas lalu, Milan mencoba bermain
agresif dalam belanja pemain. Hal itu sekaligus menjadi tanda-tanda kebangkitan.
Namun upaya tersebut rupanya belum cukup memberikan hasil signifikan. Sampai saat ini, Milan masih tertinggal di peringkat tujuh di Serie A pada pekan ke-22. Level Milan masih jauh jika dibandingkan dengan Juventus yang dalam enam musim terakhir begitu superior di tanah Italia. Jangankan dengan Juventus, tim yang saat ini ditangani Gennaro Gattuso tersebut tertinggal dari Sampdoria atau Lazio di klasemen sementara ini.
Namun upaya tersebut rupanya belum cukup memberikan hasil signifikan. Sampai saat ini, Milan masih tertinggal di peringkat tujuh di Serie A pada pekan ke-22. Level Milan masih jauh jika dibandingkan dengan Juventus yang dalam enam musim terakhir begitu superior di tanah Italia. Jangankan dengan Juventus, tim yang saat ini ditangani Gennaro Gattuso tersebut tertinggal dari Sampdoria atau Lazio di klasemen sementara ini.
Ketika bermain menghadapi klub-klub yang tak terlalu diperhitungkan di
Eropa, Milan sekarang kerap mengalami kesulitan. Apalagi menghadapi klub besar
seperti Barcelona yang saat ini dalam masa keemasan, Milan bisa dikatakan
sebagai lawan yang tidak sepadan.
Melihat kondisi seperti sekarang, menjadi fans Milan memang tidaklah
mudah apalagi Inter.
Berbangga dengan sejarah adalah cara yang kerap dilakukan untuk tetap membesarkan hati.
Berbangga dengan sejarah adalah cara yang kerap dilakukan untuk tetap membesarkan hati.
Akan sangat menjengkelkan jika tiba-tiba Dilan dengan usil
bertanya pada fans Milan.
"Kamu fans Milan, ya?"
"Iya, klub yang pernah tujuh kali menjuarai Liga Champions dan 18
kali juara Serie A.”
"Aku ramal kamu akan juara lagi di tahun 2987."
Masih lama. Tapi semoga saja kata Sang Peramal itu benar.
-- Disadur dengan sedikit ubahan --