Cinta Tak Akan Bisa Diikat Oleh Cincin
Mungkin saat ini ia iri
kepada secangkir kopi. Secangkir kopi yang mampu menyemangatiku setiap pagi.
Tanpa perlu ada ucap, tanpa perlu ada kata. Mungkin hanya itu yang aku punya
saat ini. Sungguh teramat fakir. Mungkin hanya itu yang bisa aku lakukan saat
ini. Ketika hari tak lagi sama. Ketika suka menjadi duka. Duka menjadi luka.
Mungkin saat ini juga ia
tengah iri. Iri kepada detik yang selalu mengiringi menit. Tak akan pernah
berhenti sampai kapanpun. Begitu setianya ia.
Kalaupun ia dapat membaca
tulisan ini, ia pasti akan sangat sedih karena lidah ini tak lagi berani mengucapkan
namanya, terlalu kelu. Kalaupun ia dapat membaca tulisan ini, aku hanya ingin menyampaikan rindu.
Rindu yang entah sampai kapan akan menemui Tuannya. Tak ada lagi air mata
yang dapat aku timba, karena sungguh rinduku padamu kini telah menyumur tanpa
dasar.
100 hari telah berlalu.
Rasanya baru kemarin aku mengenalmu. Entah bagaimana aku menggambarkannya.
Semua terasa begitu cepat. Bahkan belum habis aku baca semua kata-kata cinta
yang ada pada matamu. Seolah, memang tak ada batasnya. Begitu dalam. Begitu
banyak. Kadang aku berfikir, CINTA mungkin tak akan pernah bisa diikat oleh cincin, ia hanya
mampu dirangkai oleh nafas.
0 comments
Kindly give me your thoughts. Thank you.