Dilema Juki
Setelah pacaran kurang lebih
15 tahun, Juki dan Diana akhirnya menikah juga. Pacaran lama banget kayak
kredit rumah. Yah begitulah, mereka sebenarnya telah lama ingin menikah, namun
karena Juki belum mempunyai modal yang cukup, niat tersebut terus tertunda.
Untung saja Diana tipe orang yang penyabar, karena kalau tidak, ia bukan
termasuk tipe orang yang penyabar. Ribet ya?
Mimih, begitu sekarang Diana
dipanggil oleh suaminya. Begitupun sebaliknya, Diana memanggil Juki dengan
sebutan Pipih. Mesranya yah elah banget.
Karena tuntutan orang tua
Diana, mereka diminta untuk tidak menunda kehamilan. Kalau bisa secepat mungkin
mereka hamil, dia gak mau tau, karena nyokapnya Diana telah lama mendambakan
untuk menimang seorang cucu.
Bentar…
Mereka? Lah Juki hamil juga gitu
maksudnya? Ah sudahlah, namanya juga cerpen.
Diana: “Pih, mimih heran
deh. Kita kok belom punya anak ya?”
Juki: “Lah kan kita juga
nikahnya baru kemaren, mih!”
Diana: “Oh iya, pih! Maap,
mimih lupa.”
Juki: “Iya mih, gak papa.
Bikin lagi yuk!”
Iya. Pasangan yang satu ini
merupakan pasangan yang agak sedikit berbeda. Bahkan resepsi pernikahan mereka
pun diselenggarakan dengan cara yang agak sedikit berbeda pula. Jika pada
umumnya orang-orang Indonesia nanggep dangdut, mereka mah nanggep debus. Mereka
emang suka gitu sih.
Setelah menikah, mereka
mengontrak sebuah rumah di bilangan Jakarta Barat. Bagi mereka, rumah dengan
luas 70 meter saja sudah cukup untuk sebuah pasangan suami-istri baru. Memang
belum banyak perabotan yang ada. Hanya ada sebuah TV, lemari, kasur, dan
beberapa alat rumah tangga lainnya.
Juki: "Mih, nge-bete-in
banget ya acara-acara TV di Indonesia? Kita langganan TV kabel aja yuk. Kita
daftar TV kabelnya yang di Kebon Jeruk aja yah?"
Diana: "Iya, Pih. Mending begitu. Lagian kan Kebon Jeruk juga enggak terlalu jauh dari rumah kita. Jadi nanti kabelnya bisa lebih pendek. Lebih murah."
Juki: “Iya, mih. Iya!”
Diana: "Iya, Pih. Mending begitu. Lagian kan Kebon Jeruk juga enggak terlalu jauh dari rumah kita. Jadi nanti kabelnya bisa lebih pendek. Lebih murah."
Juki: “Iya, mih. Iya!”
Udah ah, males gue
nerusinnya. Karakternya bego semua. ~
0 comments
Kindly give me your thoughts. Thank you.