Bertahun-tahun silam, seorang kawan pernah berujar “kalau mau nikah mah ada aja rezekinya. Tiba-tiba aja gitu. Cobain deh, id.” Gini ya......
Bertahun-tahun
silam, seorang kawan pernah berujar “kalau mau nikah mah ada aja rezekinya.
Tiba-tiba aja gitu. Cobain deh, id.”
Gini ya... Saya
bukannya tidak ingin membuktikan. Apa yang perlu dibuktikan? Maksudnya,
bagaimana cara saya membuktikannya kalau pasangan saja belum punya?
Saya
hanya menganggukkan kepala seraya berucap dalam hati “oke, i’ll prove it.
Some other time. Pada waktu yang tepat.”
A few
years later...
It was at the end of December 2020.
Saya memberanikan diri untuk melamar anak orang ke pulau
seberang. Sendiri. Iya. Saya melamar anak orang sendirian!!! Ceritanya panjang
sekali. Ini bermula dari pandemi covid-19 yang belum usai saat itu [sampai
tulisan ini dibuat juga belum usai sih]. Saya dan keluarga inti sebenarnya
sudah mempersiapkan tiket pesawat pulang-pergi serta hotel untuk menginap
selama beberapa hari di sana. Namun, 2 hari sebelum keberangkatan, ada berita
yang menohok tenggorokan saya ketika saat itu syarat melakukan perjalanan ke
kawasan tersebut mewajibkan penumpang untuk melakukan tes SWAB PCR, bukan
Antigen. Saya yang juga sudah membeli voucher tes antigen melalui Traveloka
harus merelakan voucher tersebut hangus. Lalu melakukan refund untuk tiket
pesawat karena dalam waktu 2 hari, nampaknya sulit untuk memboyong keluarga
inti untuk melakukan tes SWAB PCR yang saat itu harganya masih relatif tinggi.
Jika ingin cepat, maka harus membayar lebih. Sebuah dilema yang sangat kampret.
Saya pasrah dan ikhlas kalaupun harus ditunda. Namun, Setelah berdiskusi dengan
keluarga dan beberapa pertimbangan, akhirnya Bapak saya mengeluarkan titah
“Udah jalan sendiri aja. Gpp.” Saya pun manut.
Saya terbang ke Kalimantan seorang diri berbekal surat sakti yang mahal itu.
Ah, betapa saya rindu masa-masa di mana mau terbang kemana pun tinggal beli tiket tanpa perlu selembar kertas sebagai syarat perjalanan.
Deg-degan
sekaligus excited. Ini bukan penerbangan pertama saya ke Kalimantan, tapi ini
penerbangan pertama saya melamar anak orang. Never been in mind this kind of
thing would happen to me. Life is sooo full of surprises!
Singkat cerita saya berhasil menuntaskan misi yang pertama. Mission accomplished, Capt.
Misi
selanjutnya adalah... ngumpulin duit! :’)
Selama
beberapa bulan di tahun 2021 ini saya jarang muncul di sosial media karena
ingin fokus melakukan ini dan itu. Mengejar beberapa target. Instagram saya uninstall. Hanya Twitter saja lah sosial media yang masih sekali dua kali saya tengok.
Mempersiapkan banyak hal. Menimbang seabreg
keputusan yang akan dibuat. Tidak mudah. Apalagi saya Libra. Keputusan kecil saja susah apalagi keputusan yang menentukan masa depan macam ini... Being a groom to be.
***
*** ***
Ada
banyak hal yang menggelayuti pikiran saya dalam masa-masa persiapan pernikahan.
Apalagi akan dilaksanakan di masa pandemi. Sebenarnya ada positif dan negatifnya;
sisi positifnya karena tidak boleh mengundang banyak orang, which means.... yes we can
save up in catering cost. Kemudian masalah venue atau tempat penyelenggaraan. Setelah berdebat
dan mendengarkan banyak kepala mengenai lokasi pernikahan, kami pun memutuskan
untuk acara kelak diselenggarakan di gedung ketimbang di rumah. FYI, di masa pandemi
banyak gedung-gedung dan hotel yang menawarkan promo-promo paket pernikahan murah lho.
Negatifnya?
Masalah perijinan, lalu protokol kesehatan yang mengharuskan menggunakan masker. Menurut saya 2 hal tersebut adalah beberapa faktor yang agak kurang asyik untuk
dijalani. Udah bayar MUA mahal-mahal nih, dandan cakep, tapi muka harus ditutup masker. Terlebih, pihak
gedung pun mewanti-wanti untuk tidak hanya menggunakan face shield saja. Yang terakhir adalah masalah
perijinan yang katanya njelimet di masa pandemi ini. Tapi Alhamdulillah perihal perijinan akan di-handle oleh orang
gedung. Jadi tidak perlu repot-repot mengurus ke satgas covid atau ke berbagai pihak lainnya yang terkait [kalau ada].
Miracles
happen to those who believe...
Yes, I do believe. Ketika kita berniat melakukan kebaikan, alam dan seisinya pun akan
mendukung. Semesta pun mendukung. Insya Allah.
Kutipan
kalimat di awal tulisan ini pun bisa menjadi salah satu contohnya. Jika Allah sudah
ridho dengan ketentuannya, then things could go as it is. No matter what.
Kalau
dipikir dengan logika, tidak akan masuk. Mempersiapkan pernikahan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Bertahun-tahun
saya menabung agar bisa melangsungkan pernikahan tanpa membebani siapa-siapa,
termasuk orang tua saya. Namun saya percaya sang kuasa mempunyai sesuatu yang tidak terduga.
Berkali-kali saya sudah membuktikannya. Kalau kita sedekah dengan ikhlas, harta kita
tidak akan berkurang, justru akan ditambah. Ihwal itulah yang membuat saya ingin menceritakannya kembali di blog ini.
Ini
harus disampaikan. Sebagai pembelajaran. Tidak bermaksud riya. Hanya sekedar
berbagi kepada sesama.
There were so many things going on over the past few months, mulai dari yang memang sudah direncanakan, sampai hal yang tidak diprediksi akan ada; misalnya dana insentif serdos yang cair 5
bulan yang memang sudah bisa diprediksi dari tahun lalu, mendadak ada banyak lemburan, dipercaya menjadi MC Wisuda kampus selama 2
hari, sampai yang terakhir adalah menang kuis yang diadakan oleh Tokopedia.
Iya,
saat ini saya menjadi tulang punggung keluarga. Hanya saya seorang yang saat
ini masih bekerja siang-malam dan membuka lapak kecil-kecilan di beberapa
online shop. Kakak perempuan saya yang pertama sudah menikah dan memiliki 1
anak yang Insya Allah akan lahir yang kedua di tahun ini. Ia sudah memiliki
tanggung jawab ganda sebagai seorang istri dan ibu. Memang sebagai anak pun tetap
harus ada tanggung jawab ke orang tuanya, namun pastinya porsi sudah berbeda.
Kedua orang tua saya tidak bekerja, adik saya masih sekolah online tingkat SMP.
Tanggung jawab tersebut secara otomatis jatuh ke tangan saya. Kenapa tangan dan
bukan pundak? Karena kalau di pundak biasanya adalah beban. Sementara tangan,
merupakan simbol kekuatan, kekuasaan, serta pengaruh yang bisa berbuat
apa saja sesuai kehendak yang diinginkan. Sebenarnya saya masih alergi dengan
kata pengaruh mengingat pengalaman buruk beberapa waktu silam yang
karenanya membuat keluarga saya sakit hati dan merasa direndahkan. Ah sudahlah.
Semoga bisa menjadi pengurang dosa saya dan keluarga. Bruh, I forgive, but not forget.
Beberapa
waktu lalu, Ibu saya membutuhkan uang sebesar 800 ribu rupiah untuk membetulkan
atap plafon rumah yang jebol karena ulah kucing. Percaya dengan saya, uang 800
ribu itu besar kalau kamu memang sedang membutuhkannya untuk merencanakan
berbagai hal. Apalagi pernikahan. Tapi ini Ibu kamu yang meminta, membetulkan
rumah yang sudah puluhan tahun kamu tempati. Apa tega kalau tidak memberi?
Tanpa
pikir panjang, sore harinya saya pergi ke ATM di minimarket terdekat untuk
menarik beberapa lembar uang ratusan ribu sekaligus membeli kuaci dan martabak
telor. Saya berpikir, kapan lagi saya berbakti kepada orang tua selagi mereka
masih ada, memang saya sedang membutuhkannya tapi Insya Allah uang segitu masih
bisa dicari. Masih ada lah diselipin di sana dan di situ. Ucap saya dalam hati.
Selang
beberapa hari kemudian...
Saya
dikagetkan oleh notifikasi HP dari marketplace favorit saya untuk belanja dan
jualan. Anyways, ini e-commerce paling baik menurut saya sih.
Beberapa kali saya menang kuis, dapat flash sale barang mahal [salah satunya
laptop yang pernah saya tulis juga di sini],
serta mendatangkan income tambahan dengan berjualan di sana. 😊
Notif tersebut
memberitahu bahwa saya mendapatkan kredit TopAds sebesar 800 ribu rupiah. Saya
kaget karena merasa sedang tidak mengikuti lomba apa-apa. "Ini dari mana ya? Mweheheh," Ucap saya dengan heran sambil cengengesan.
Sebagai informasi, saldo TopAds
adalah saldo bagi para penjual untuk mengiklankan produknya yang tidak bisa
ditarik ke rekening bank milik penjual. Jadi ya gunanya saldo tersebut adalah untuk
membuat produk atau toko kita muncul di halaman-halaman strategis tokopedia
serta membuat produk kita nongol di kolom pencarian.
Saya
pun mencoba mengingat-ingat kembali dosa yang pernah saya lakukan
apa yang telah saya perbuat. Nggak mungkin dong Tokopedia tiba-tiba ngasih duit
gitu aja. Pasti ada sesuatu nich. Setelah melakukan kroscek di e-mail, aplikasi,
browser history, saya tidak menemukan bukti apapun mengenai keikutsertaan saya
dalam program atau lomba apapun dari Tokopedia. Saya pun membuka Twitter dan
bertanya ke TokopediaCare perihal dana 800 ribu yang masuk dalam bentuk saldo
TopAds tersebut. Selang beberapa waktu, TokopediaCare memberikan jawaban kalau saldo tersebut merupakan bagian dari promo program Tokopedia Display Network (Iklan
Banner). Wow!
|
Terima kasih, Tokopedia. 💗 |
Saldo yang didapat memang
tidak bisa dicairkan, namun bisa digunakan untuk mendongkrak produk kita yang
akan secara otomatis muncul di kolom pencarian. Hal ini berarti toko kita akan
kebanjiran pengunjung dan mungkin juga kebanjiran orderan. Kenapa mungkin?
Karena hal utama dalam mengiklankan produk adalah membuat orang aware terlebih
dulu kalau kita jualan barang tersebut, keunggulannya ini, kelebihannya itu,
dsb. Masalah dibeli atau tidak, urusan belakangan, yang penting orang melihat
terlebih dahulu saja. Coba kita jalan ke ITC lalu lewat counter-counter HP, apa yang mereka katakan?
"BOLEH KAKAKK... LIAT-LIAT DULU AJA KAKAAA...,"
SEE? LIAT-LIAT DULU AJA. MASALAH BELI ATAU TIDAK ITU URUSAN BELAKANGAN.
Logika manusia memang tidak akan
pernah mencapai kehendak serta ketetapan sang khalik. Uang 800 ribu yang saya berikan
ke orang tua saya, langsung dibalas tunai dengan cara yang tidak terduga-duga dan dengan tempo yang sesingkat-singkatnya. Malah berpotensi lebih jika barang yang saya jual dibeli orang.
Masya Allah...
Tabarakallah...
Menuju hari besar yang tinggal 2 bulan.
Segala macam ikhtiar telah dilakukan.
Doa telah dipanjatkan.
Saatnya mempasrahkan.
Dear God, I’ve done my parts.
Now, it is all yours to do the rest.
Bismillah...