Sumber: Google Beberapa hari ini, baik di media sosial, grup Whatsapp kantor, grup Whatsapp sekolah, kampus, badminton, futsal, ramai...
|
Sumber: Google |
Beberapa hari ini, baik di
media sosial, grup Whatsapp kantor, grup Whatsapp sekolah, kampus, badminton,
futsal, ramai oleh nama Bowo. Yaelah Bowo lagi Bowo lagi. Kasian amat ni bocah. Begitu kira-kira yang saya ucapkan setelah menerima gambar Bowo yang diberi caption hinaan di dalamnya.
Bagi yang juga aktif di media sosial pasti tahulah
ya siapa Bowo itu. Bowo yang dimaksud itu bukan Prabowo Subianto ketua umum partai
Gerindra. Don’t get it wrong. Bowo ini adalah seorang bocah yang terkenal
berkat ‘keahliannya’ bermain Tik Tok yang baru berusia belasan tahun saja [13 sepertinya]. Usianya
tak jauh berbeda dengan adik saya.
Apa salah Bowo? Tidak ada
yang salah sebetulnya dengan Bowo serta cara ia menggunakan aplikasi Tik Tok tersebut. Itu
hak semua orang untuk berkreasi menyalurkan kreatifitas mereka, apapun
medianya. Kebetulan saja Bowo lebih mengenal Tik Tok, lebih tahu, serta lebih
pandai menggunakannya ketimbang secara langsung memainkan alat musik atau
bernyanyi. Kalau Bowo hidup di zaman pra-sejarah, pastilah ia sudah membuat
prasasti. Iya. Tidak ada yang salah dengan itu semua.
Jujur nih. Beberapa minggu yang
lalu saya sempat mencari tahu apa itu Tik Tok dan bagaimana cara memainkannya.
Hasilnya? Susah, lho! Asli! Kita harus pandai memilih lagu yang tepat yang sesuai dengan mood atau momen yang akan kita buat, lalu memutar-mutar handphone, memotongnya, dan mengedit agar mendapatkan hasil
yang epic. Bagi saya, itu susah dan ribet. Tapi bagi Bowo dan para artis Tik
Tok lain, itu adalah cara ia berkreasi. Sama saja sebetulnya seperti mengedit
video menggunakan media yang lebih serius macam Adobe Premiere, hanya saja, Tik
Tok dibuat agar lebih simple, kekinian dan mobile friendly.
Lalu kembali lagi ke
pertanyaan, salahnya Bowo di mana? Salahnya Bowo adalah ketika ia dengan
mudahnya memanfaatkan ketenarannya [Star Syndrome] untuk menyelenggarakan acara
Meet and Greet dengan tarif yang ditentukan. Belakangan beredar tangkapan layar
dari salah seorang netizen yang diketahui baru saja bertemu Bowo untuk membetulkan
Instagram milik Bowo. Selidik punya selidik ternyata Bowo sendiri mengatakan
bahwa acara tersebut bukan inisiasi dari dirinya namun dari orang lain, bahkan
ia tak menerima sepeser pun rupiah dari acara tersebut. Entah benar atau tidak.
Semoga saja benar. Terlepas dari itu semua—dan apa yang telah dilakukannya, ia hanyalah seorang anak kecil yang sedang mencari aktualisasi diri. Saya, Kamu, Kita, pernah berada di fase itu. Fase alay.
|
Sumber: Google |
|
Sumber: Twitter |
Seketika saya terbayang jika saja adik saya juga memainkan Tik Tok lalu terkenal, dan melakukan apa
yang Bowo lakukan, kemudian mendapat Bullying sama dengan apa yang Bowo terima
di media sosial miliknya saat ini. Apa yang akan saya rasakan sebagai kakak?
Apa yang orang tua saya rasakan? Oleh karena itu sejak awal muncul fenomena
Bowo atau artis-artis yang terkenal—lalu kemudian
dibully, saya tidak berkomentar sedikitpun atau malah justru ikut-ikutan
mem-bully-nya di media sosial karena hal tersebut pasti akan sangat mengganggu
mentalnya juga keluarganya. Stress? Iya. Malu? Mungkin. Bunuh diri? Bisa jadi. Lihat
saja bagaimana kasus Amanda Todd, atau salah seorang siswi di Riau ini.
Indonesia darurat Cyberbullying
dan Hate Speech, kata KPAI. Hal tersebut membuat saya ingin muntah belakangan ini. Apalagi akan ada pemilihan presiden. Pilpresnya tahun depan, nebar Hate Speech-nya dari sekarang. Pasti sudah melihat kan perselisihan antara kubu yang satu dengan kubu lain? Yang satu panggil Cebong, yang satu panggil Kampret.
Kalau
dulu ada Young Lex, Awkarin, Marko Simic, sekarang Bowo, nanti... Saya? Bisa
jadi. Yah siapa tahu saya khilaf kemudian viral dan dihujat di media sosial. Hwahahaaa
Saya hanya ingin berpesan
kepada para netizen yang maha benar dengan segala firmannya, mbok ya kalau ada
orang yang menurut kalian salah itu dikoreksi dengan baik-baik, tidak perlu
menghujat secara massive kepada yang bersangkutan. Kendalikan jempol. Mana
caption-caption puitis yang kalian buat di akun kalian itu? Hih! Pencitraan!
|
Netijen galak-galak bat yak |
The question then pops out... What has Bowo done to YOU that makes YOU going nuts and hate him so much? If you don't like it, simply just leave it. Life is just as simple as that, ma lov.
3 Juli 2018, pemerintah
melalui Menkominfo
secara resmi telah memblokir Tik Tok. Bagi Bowo dan para Muser [Seniman Tik
Tok dan Musically] mungkin musibah, tapi bagi saya dan beberapa kawan yang
memang generasinya berbeda—yang tidak merasakan faedahnya
secara langsung maupun tidak langsung—ya biasa-biasa saja.
Asal internet cepat saja sudah senang kok. *mulai berasa tua*
Menteri Komunikasi dan Informatika
Rudiantara mengatakan kalau pemblokiran aplikasi tersebut lantaran banyak mengandung unsur negatif di dalamnya. Alhamdulillah, berarti nanti batu batre juga diblokir.
Ohya, met lebaran ya... Mohon maaf lahir dan batin. 🙏