Suatu ketika saya terlibat perdebatan dengan salah seorang teman, “Gue sih realistis ya orangnya bukan materialistis, emangnya bisa makan c...
Suatu ketika saya terlibat
perdebatan dengan salah seorang teman, “Gue sih realistis ya orangnya bukan materialistis, emangnya
bisa makan cinta? Makan tuh cinta.”
Ngoahaha
Iya betul. Ungkapan seperti
itu memang tidak salah. Yang salah adalah, sayangnya ia menjadikan ungkapan itu
sebagai panduannya, tuntunan hidupnya. Harusnya kan Al-qur’an ya. Kenapa bisa berpikir
sedangkal itu sih? Ada hal yang jauh lebih berharga dari itu.
Gini lho, cinta
itu penting. Salah satu hal yang membedakan antara manusia dengan binatang, sekaligus anugerah terindah yang diberikan Tuhan, adalah perasaan cinta -- selain tentunya akal. Kalau tidak ada cinta, kamu semua tidak akan ada, kita semua tidak
akan ada, tidak akan pernah dilahirkan, tidak akan ada yang namanya evolusi serta reproduksi. Kecuali kalau
kamu memang mau disamakan seperti binatang yang berovulasi tidak dengan
dasar cinta. Atau seperti amoeba yang tidak membutuhkan siapa-siapa selain dirinya sendiri untuk berkembang biak. Ya silakan. Saya sih ogah.
Ya memang, kita tidak bisa
membeli mobil pakai cinta, gila aja. Itu semua orang juga tahu. Membeli sesuatu memang pakai uang. Tapi uang bukanlah segalanya, dan segalanya belum tentu pakai uang.
“Mas, mobilnya satu ya. Saya bayar pakai cinta aja ya. Dicicil 5 tahun.” Dalam kasus itu, bisa-bisa kamu
dikemplang sama marketing mobil.
Lalu mas-mas marketing mobil tersebut
akan menjawab, “Cinta... Cinta... Lu pikir ni mobil dibikin pakek daon!? Kzl bat gwa.”
Iya memang terlihat pekok sekali perumpaan di atas.
Gini-gini... *Benerin
bangku*
Sekarang coba kamu cari tahu
terlebih dulu perbedaan antara Materialistis, Realisitis, dan Idealis. Kalau
kamu belum tahu perbedaannya, ada baiknya kita tidak melanjutkan perdebatan
panjang ini dan pergi menjauh. Karena saya juga malas menjelaskan. Hehe
... ...
Saya pernah juga
mendengarkan ungkapan, yang saya lupa datangnya dari mana, bunyinya
seperti ini,
“Sebenarnya sih bukannya
ceweknya yang matre, cowoknya aja yang gak mampu.”
Hellaawww.
Situ oke? Situ Ariel Tatum?
Orang yang menulis kalimat itu
sepertinya memang tidak pernah tersentuh akan kerasnya kehidupan. Merasakan
pilunya getir nasib. Belum pernah merasakan penolakan. Belum sampai di titik di mana ia harus menghargai orang lain barang sedikit saja. Tipe orang yang sejak dilahirkan memang segala
kebutuhannya telah tercukupi bahkan sampe tumpeh-tumpeh. Minta ini ada, minta
itu ada. Menuntut segala keinginannya tercapai, kalau tidak; mereka akan
mengeluh, uring-uringan, dan protes ke sini dan ke situ.
Keep this in mind, kita itu
berhubungan dengan makhluk hidup, harus ada yang namanya timbal balik. Take and give. Kalau
kamu menuntut seperti itu, memang apa yang kamu bisa berikan? Masak Chicken Cordon Bleu bisa?
Saya pernah
membaca sebuah artikel yang sangat menarik di majalah Reader’s Digest. Artikel tersebut dimuat dalam rubrik tanya jawab perihal keuangan, dan
memang yang menjawab adalah salah satu profesional atau pakar keuangan dari
Wall Street Financial. Saking menariknya, sampai sekarang saya masih ingat every
details artikel yang saya baca sekitar 4 tahun yang lalu itu.
Dalam artikel tersebut,
tertulis yang mengajukan pertanyaan adalah seorang gadis muda, cantik, modis, memiliki selera yang tinggi, tapi tinggal di luar kota New York dan
ingin menikah dengan seorang pria dewasa yang bekerja dan tinggal di New
York dengan income yang cukup tinggi sehingga ia dan pasangannya kelak dapat
hidup dan tinggal di Kota Mewah tersebut. Lebih lanjut, wanita tersebut
mengatakan kalau hal tersebut bukanlah sesuatu yang materialistis, namun
realistis. Dia hanya menginginkan seorang yang minimal dari kalangan kelas menengah New York
saja dengan penghasilan rata-rata $ 500 ribu per tahun. Dia juga ingin tahu
bagaimana tips serta trik untuk mendapatkan kriteria pria semacam itu di NYC.
Lalu... Apa jawaban dari pakar
keuangan tersebut?
Kurang lebih seperti ini
jawabannya.
Dear
Beautiful Young Lady,
Saya
sangat senang sekali mendapat pertanyaan dari anda, dan saya sangat antusias
sekali untuk menjawabnya. Jadi begini, saya ingin mengatakan kalau saya adalah
seorang pria yang tinggal dan juga bekerja di New York. Saya memiliki
penghasilan di atas rata-rata per kapita di Kota ini. Jadi, saya pikir saya
sangat kredibel dan tidak membuang waktu. Atau saya mungkin termasuk ke dalam
kriteria anda.
Apa
yang saya lihat di sini dari sudut pandang seorang investor profesional adalah
adanya ketidakstabilan antara anda dengan saya. Menikah dengan anda adalah
keputusan yang buruk. Jawabannya sangat sederhana dan akan saya jelaskan.
Kesampingkan
dulu detil-detil yang anda tanyakan. Sebenarnya apa yang ingin anda lakukan
adalah pertukaran antara kecantikan
dengan uang.
Si
A akan menyediakan kecantikan dan si B akan membayar untuk itu. Terlihat adil
dan cukup wajar. Tapi ada permasalahan fatal di sini. Kecantikan anda akan
sirna, tapi uang saya tidak akan hilang tanpa alasan yang jelas. Faktanya
adalah penghasilan saya akan meningkat dari tahun ke tahun. Tapi anda? Anda
tidak akan bertambah cantik tiap tahunnya. Karena itu dari sudut pandang
ekonomi; saya adalah aset yang terapresiasi sedangkan anda adalah aset yang
terdepresiasi.
Depresiasi
yang anda alami bukan depresiasi normal, tapi depresiasi eksponensial. Jika
hanya ini aset anda, nilai anda akan sangat mencemaskan 10 tahun kemudian.
Dengan menggunakan istilah yang kami gunakan di Wall Street, setiap perdagangan
memiliki sebuah posisi. Menikah dengan anda juga memiliki posisi perdagangan.
Jika nilai aset yang didagangkan menurun, maka kami akan menjualnya. Mempertahankannya bukanlah suatu ide yang baik. Begitu pula pernikahan yang anda inginkan. Mungkin
saya terdengar kejam, tapi kami harus mengambil sebuah keputusan yang bijak, aset yang nilainya
menurun akan dijual atau disewa. Pria dengan penghasilan besar di New York
sudah barang tentu bukanlah orang bodoh. Kami mungkin akan berpacaran dengan
anda, tapi tidak untuk menikah.
Saran
saya lupakan mencari petunjuk bagaimana caranya menikahi pria kaya. Usahakan
agar anda dapat membuat diri anda kaya terlebih dahulu ketimbang mencari pria
kaya yang bodoh.
Semoga
jawaban saya dapat membantu.
Best
regards,
JP
Morgan
|
Jordan Belfort [Leonardo Di Caprio] -- The Wolf of Wall Street [2013] |
And that, boys and girls, is why love still matters. Always.